Indonesia Rawan Bencana Hidrometeorologi? Begini Penjelasan Ahli BRIN

Indonesia Rawan Bencana Hidrometeorologi? Begini Penjelasan Ahli BRIN

Indonesia Rawan Bencana Hidrometeorologi? Begini Penjelasan Ahli BRIN

JAKARTA, celebrities.id – Bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, juga tanah longsor semakin sering melanda wilayah Indonesia. 
Bahkan, kini menjadi pertanyaan mengapa Indonesia menjadi ladang empuk bagi terjadinya bencana hidrometeorologi?

Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan menjelaskan Indonesia kini sedang panen bencana hidrometeorologi.

Bahkan diiringi dengan munculnya dengan berbagai macam Siklon Tropis yang tidak pernah surut di kawasan barat Indonesia, khususnya pulau Jawa sejak Juli, Agustus, September tahun 2020 hingga Mei, Juni, Juli 2022.

Bahkan, kata Eddy, hujan dengan berbagai intensitas mulai rendah, sedang, tinggi, lebat, senantiasa mengintai kawasan Pulau Jawa. 

“Inikah yang dinamakan kita mengenal kemarau basah ya? Jadi, sejak Juni Juli Agustus 2020 sampai Juni Juli Agustus 2022, itu kemarau basah itu melanda kita, hampir 2-3 tahun gitu ya,” katanya dikutip dari keterangannya saat menghadiri Seminar Ilmiah: “Kejadian Ekstrim dan Perubahan Iklim” secara virtual, Rabu (24/8/2022).  

Eddy mengatakan meskipun ada fenomena La Nina, namun di tahun ini Indian Ocean Dipole (IOD) lebih tinggi sehingga menjadi salah satu penyebab tingginya intensitas hujan di wilayah Indonesia.

“Pertanyaannya, yang membedakan tahun ini dengan tahun sebelumnya itu apa gitu ya? Iya sama-sama kemarau basah, tetapi saya menduga bahwa 2020, 2021 itu kan ada La Nina, tetapi tahun ini itu bukan karena La Nina, karena IOD nya lebih kuat dibandingkan La Nina,” katanya.

“Nah itu yang menyebabkan sama-sama perintah kepada peningkatan curah hujan tetapi akan memberikan dampak yang sedikit berbeda,” kata Eddy.

Eddy pun mengungkapkan Indonesia akan mengalami curah hujan ekstrim jika Sea Surface Temperature (SST) di kawasan Indonesia senantiasa naik menghangat. 

Kedua, SST Nino 3.4 berada pada posisi negatif. Ketiga, IOD berada pada posisi negatif, keempat angin timuran melemah da atau angin baratan meningkat. Kelima, MJO meningkat, keenam adanya sedangkan massa udara dingin asia.

Namun, kata Eddy, munculnya Siklon Tropis juga diduga semakin memperparah kejadian hidrometeorologi di Indonesia. 

“Munculnya Siklon Tropis akibat dari pada salah satu impact perubahan iklim itu sudah mulai nyata di depan kita. Kita lihat ada Cempaka, ada Dahlia, ada Seroja. Pernah kebayang enggak sejak kapan namanya Siklon itu menyentuh bibir pantai. Kenapa sampai menyentuh bibir pantai Pacitan? Kenapa bisa sampai menyentuh bibir pantai yang ada di Jogja? Pasti ada kekuatan besar. Seroja itu pun demikian,” kata Eddy Hermawan.

“Jadi ancaman terbaru kawasan kita ternyata Siklon Tropis ya. Kalau dulu, kita terkait dengan badai-badai besar, tapi sekarang enggak, puting beliung udah kecil bandel lagi, nggak bisa diprediksi, sulit ini. Jadi ini ancaman baru,” ujarnya.

Editor : Simon Iqbal Fahlevi


Artikel ini bersumber dari www.celebrities.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!