Profil Rasmus Paludan, Politisi yang Bakar Al-Qur’an di Swedia

jurnal-rakyat.com – Aksi Rasmus Paludan yang membakar Al-Qur’an saat adanya protes Islamofibia di depan keduataan Swedia di Stockholm beberapa waktu lalu menuai kecaman dari seluruh dunia. Turki langsung mengecam aksi politisi sayap kanan Denmark itu.

Tentunya aksi Rasmus Paludan itu membuat hubungan antara Swedia dan Turki memanas. Apalagi saat ini Swedia sedang mencari bantuan dan dukungan dari Turki untuk membentuk aliansi militer di tengah serangan Rusia ke Ukraina.

Rasmus Paludan membakar Al-Qur’an dengan korek api setelah mencaci Islam dan imigrasi Turki di Swedia . Menurutnya, untuk bisa tinggal di Swedia , warga Turki tidak seharusnya diberi kebebasan berkespresi. Jika tetap menginginkan itu, Rasmus mengusulkan warga Tukri pindah ke tempat lain.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu marah besar usai aksi Rasmus tersebut, dan mengecam pemerintahan Swedia yang dinilai gagal mencegah adanya aksi tak terpuji tersebut.

“Ini tindakan rasis, bukan tentang kebebasan berekspresi,” ucap Mevlut, dikutip dari Aljazeera.

Selain Turki , kecaman juga datang dari Arab Saudi, Yordania, Kuwait, hingga Indonesia. Aksi pembakaran Al-Qur’an dinilai justru tak menunjukkan adanya toleransi antar umat beragama.

“Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, serta menolak kebencian dan ekstremisme,” ucap Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Di tengah gelombang protes tersebut, sosok Rasmus Paludan lah yang kini tengah disorot. Lalu seperti apa sosoknya? Berikut ini Pikiran-Rakyat.com rangkum profil sang politisi dari berbagai sumber.

Paludan adalah pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Stram Kurs yang lahir pada 2 Januari 1982. Selain berprofesi sebagai seorang politis, dia juga merupakan seorang pengacara.

Dia baru saja resmi menjadi warga negara Swedia pada Oktober 2020 lalu, usai lama bermigrasi dan belum mendapatkan hak kewarganegaraan. Pada September 2022 lalu, Paludan memulai belajar teologi di Universitas Kopenhagen.

Sudah sejak lama Paludan berpartisipasi dalam demonstrasi kelompok anti-Islam For Frihed. Partai yang didirikannya pada 2017 itu juga menghadirkan pandangan ekstremis yang kuat tentang Islam dan imigrasi non-Barat.

Paludan juga dikenal aktif dalam mengikuti demonstrasi anti-Islam di daerah dengan banyak imigran Muslim. Dia sering mencela Muslim yang kemudian mendapatkan protes balik dari pihak-pihak yang disinggungnya.

Peristiwa pembakaran Al-Quran pada 21 Januari 2023 lalu bukanlah pertama kalinya bagi Paludan. Pada April 2019 lalu, dia juga pernah menggelar demonstrasi di Viborg, Denmark. Saat itu Paludan membakar Al-Quran , yang kemudian memicu protes dari publik hingga adanya penangkapan terhadap tiga warga Suriah.

Pada 2020 lalu, Paludan juga membakar Al-Quran di Malmo. Atas aksinya itu, Paludan dilarang memasuki Swedia selama dua tahun.

April 2022, politisi ini mengulangi aksinya itu dengan mengorganisir beberapa demonstrasi di kota-kota besar Swedia . Paludan disebut telah membakar dan akan membakar Al-Quran di hadapan pengikutnya. Tentu saja aksinya itu memicu kericuhan antara warga Muslim.

Selain terlibat dalam kasus pembakaran Al-Quran , Paludan juga sering terlibat dalam kontroversi lain. Paludan tercatat memiliki masa lalu buruk usai terlibat dalam penguntitan, obrolan bermuatan seksual pada anak di bawah umur, hingga rasisme.***

error: Content is protected !!