Krisis dalam Krisis di Suriah: Rusak karena Perang, Hancur akibat Gempa

jurnal-rakyat.com – Kota Aleppo yang dilanda perang di Suriah adalah salah satu tempat terdampak gempa mematikan yang juga menghancurkan sebagian Turki selatan.

Lebih dari 1.600 orang dilaporkan tewas di Suriah utara setelah gempa tersebut.

Tim penyelamat mengatakan banyak bangunan rusak dan hancur. Orang-orang terjebak di bawah reruntuhan.

Aleppo adalah rumah bagi jutaan pengungsi yang terdampak perang saudara.

Wilayah Suriah bagian utara dikendalikan oleh pemerintah, pasukan yang dipimpin Kurdi, dan kelompok pemberontak lainnya. Mereka tetap terlibat dalam konflik.

Bahkan sebelum gempa bumi, situasi di sebagian besar wilayah itu sangat kritis.

Cuaca yang sangat dingin, infrastruktur yang hancur, dan wabah kolera membuat banyak orang yang tinggal di sana menjadi sengsara.

Sebagian besar Aleppo hancur dalam perang saudara, yang pecah pada 2011 ketika pemberontakan damai melawan Presiden Bashar al-Assad berubah menjadi kekerasan.

Meskipun ada upaya untuk membangun kembali kota–yang sebelum perang merupakan pusat komersial–infrastruktur rusak, bangunan-bangunan yang hancur, dan pemadaman listrik menjadi pemandangan dan situasi sehari-hari.

Menurut data terpisah dari pemerintah Suriah dan kelompok penyelamat White Helmets, yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak, lebih dari 1.600 orang tewas di wilayah itu setelah gempa.

Sebuah video yang diunggah ke media sosial, dan telah diverifikasi oleh BBC menunjukkan sebuah bangunan di Aleppo runtuh saat para warga bergegas menyelamatkan diri.

Gempa bermagnitudo 7,8 terjadi pada pukul 04.17 waktu setempat (01.17 GMT) di kedalaman 17,9 kilometer, dekat kota Gaziantep, Turkiye. Selang 12 jam kemudian, gempa kedua yang hampir sama besar melanda 130 kilometer ke utara.

Beberapa warga Aleppo mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka tidak punya tempat tujuan karena rumah mereka telah hancur dan takut gempa susulan akan terjadi.

Seorang juru bicara White Helmets menggambarkan Suriah barat laut sebagai “daerah bencana” dan mengatakan banyak keluarga yang masih terjebak di bawah reruntuhan.

Seorang pria di Kota Jandairis mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia telah kehilangan 12 anggota keluarganya akibat gempa tersebut.

Yang lain mengatakan beberapa kerabatnya terjebak di bawah reruntuhan.

“Kami mendengar suara mereka, mereka masih hidup, tapi tidak ada cara untuk mengeluarkan mereka,” katanya. “Tidak ada yang menyelamatkan mereka. Tidak ada alat berat.”

Di wilayah yang dikuasai pemerintah, semua layanan darurat negara telah tersedia, termasuk tentara dan relawan mahasiswa.

Namun, Hesham Shawish dari BBC Monitoring spesialis Timur Tengah, mengatakan bantuan itu tidak cukup untuk menangani para korban.

Komite Penyelamatan Internasional, sebuah badan amal dengan lebih dari 1.000 anggota staf di daerah yang dikuasai oposisi di Suriah, mengatakan pihaknya telah menangani wabah kolera pertama di kawasan itu dalam satu dekade dan bersiap menghadapi badai salju yang semakin dekat, sebelum gempa mengguncang.

Cuaca yang dingin dan hujan deras menghambat upaya penyelamatan.

Mark Kaye, direktur advokasi Timur Tengah organisasi tersebut, menggambarkan situasi tersebut sebagai “krisis di dalam krisis di dalam krisis” dan mengatakan sebagian besar kawasan tidak dapat dihubungi karena jaringan komunikasi telah rusak.

Kedatangan bantuan internasional pun kemungkinan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Suriah barat laut menjadi salah satu tempat tersulit untuk dijangkau. Hanya ada satu penyeberangan kecil di perbatasan Turkiye yang tersedia untuk mengangkut sumber daya ke daerah-daerah yang dikuasai oposisi.

Beberapa orang di daerah terpencil Suriah disebut telah mengungsi sebanyak 20 kali akibat perang saudara.

Ratusan ribu warga sipil dan pejuang telah tewas dalam konflik tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, krisis kemanusiaan akibat perang oleh kemerosotan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Seluruh area dan infrastruktur vital, termasuk rumah sakit, di seluruh Suriah sudah hancur akibat pertempuran sebelum gempa terjadi.

Pemerintah Suriah telah meminta bantuan kepada negara-negara anggota PBB, Komite Palang Merah Internasional, dan kelompok kemanusiaan lainnya.

Namun, Suriah dilaporkan membantah klaim bahwa mereka telah meminta bantuan Israel.

Kedua negara secara teknis masih berperang dan saat ini tidak memiliki hubungan diplomatik.

Puluhan negara lain telah menjanjikan bantuan, termasuk Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar. PBB mengatakan memiliki tim di lapangan yang menilai situasi dan memberikan bantuan.

Kepala koresponden internasional BBC, Lyse Doucet, mengatakan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, mungkin terpaksa menerima bantuan dari negara-negara Barat dan negara-negara tetangga yang sering dia kecam karena mendukung musuh-musuhnya.

Rusia, yang pasukan militernya sudah berada di Suriah karena terlibat dalam perang saudara di pihak pemerintah, juga telah menjanjikan dukungannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

error: Content is protected !!