Korban Gempa Turki Keluhkan Lambatnya Kedatangan Tim Penyelamat dan Bantuan

jurnal-rakyat.com – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui ada masalah dengan tanggapan awal pemerintah terhadap gempa di Turki yaitu lambatnya kedatangan tim penyelamat. Akibay keterlambatan tersebut, banyak orang-orang yang marah dan frustasi.

Dalam kunjungan ke zona bencana, Erdogan memastikan bahwa saat ini penyelamatan berjalan dengan normal serta tidak akan ada yang kehilangan tempat tinggal.

Menurut laporan, gabungan jumlah korban tewas di Turki dan seluruh negara tetangga meningkat melewati 12.000 orang. Di Turki bagian selatan, orang-orang mencari makanan dan tempat berlindung sementara saat musim dingin menggigit.

Mereka menunggu dekat tumpukan puing-puing yang mungkin saja ada keluarga dan teman masih terkubur. Tim penyelamat masih melakukan penggalian, beberapa orang ditemukan masih hidup dan ada juga yang ditemukan dalam keadaan tewas.

Namun, banyak penduduk Turki yang mengeluhkan kurangnya peralatan, keahlian, dan dukungan untuk menyelamatkan mereka yang terjebak, bahkan saat mereka mendengar teriakan minta tolong.

“Di mana pemerintah? Ke mana saja mereka selama dua hari? Kami memohon pada mereka. Mari kita lakukan, kita bisa mengeluarkan mereka (dari reruntuhan),” tutur warga bernama Sabiha Alinak dilansir Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

Keluhan dan pemandangan serupa juga terjadi di Suriah, yang negara bagian utaranya diguncang gempa besar. Duta Besar Suriah untuk PBB mengakui pemerintah memiliki kekurangan kemampuan dan peralatan.

Jumlah korban tewas di dua negara tersebut diperkirakan akan terus bertambah karena ratusan bangunan yang runtuh telah menjadi ‘kuburan’ bagi orang-orang yang sedang tidur di rumah mereka saat gempa mengguncang pada Senin, 6 Februari 2023 pagi waktu setempat.

Di Kota Antakya, Turki , puluhan jenazah yang beberapa di antaranya diselimuti selimut dan seprai, serta yang lainnya ada di kantong jenazah dibariskan di luar rumah sakit.

“Kami selamat dari gempa , tapi kami akan mati di sini karena kelaparan atau kedinginan,” ujar warga bernama Melek (64).

Banyak keluarga di Turki bagian selatan dan Suriah menghabiskan malam kedua pascagempa dalam cuaca dingin.

Orang-orang di wilayah terdampak bencana banyak yang tidur di mobil atau jalanan karena takut untuk kembali ke tempat tinggal mereka yang dilanda gempa magnitudo 7,8. Gempa tersebut adalah gempa paling mematikan di Turki sejak 1999.

Beberapa jam setelah gempa utama, terjadi gempa susulan yang juga memiliki magnitudo besar.***

error: Content is protected !!