Inflasi Turun, Daya Beli Petani Naik pada November 2022

jurnal-rakyat.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada November 2022 naik 0,50 persen menjadi 107,81 dari bulan sebelumnya yang sebesar 107,27.

Kenaikan nilai tukar petani ini seiring dengan terjadinya penurunan inflasi November menjadi sebesar 0,09 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,66 persen.

Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Adapun semakin tinggi nilai tukar petani, maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, kenaikan nilai tukar petani itu dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani.

“Peningkatan NTP ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani yang naik sebesar 0,66 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen,” ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (1/12/2022).

Ia mengatakan, berdasarkan subsektornya, kenaikan nilai tukar petani November 2022 dipengaruhi oleh peningkatan NTP di subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,57 persen.

Sejalan dari pengaruh subsektor tersebut, dia menyebutkan, komoditas yang menjadi penyumbang naiknya indeks harga petani yakni kelapa sawit, kakao atau coklat biji, kopi, tebu, dan Gambir.

“Peningkatan terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 2,6 persen dan di saat yang sama indeks harga yang dibayarkan petani mengalami kenaikan 0,03 persen,” ucapnya.

Sebaliknya, subsektor lain mengalami penurunan nilai tukar petani yaitu subsektor tanaman hortikultura sebesar 2,57 persen. Komoditas penyebabnya ialah cabai rawit, cabai merah, mangga, cabai hijau, melinjo, buncis, kentang, wortel, melon, dan pepaya.

“Jadi penurunan ini karena indeks harga yang diterima petani subsektor hortikultura ini turun sebesar 2,38 persen, sementara indeks harga yang dibayarkan petani subsektor hortikultura ini mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen,” ungkapnya.

Sebagai informasi, indeks harga konsumen (IHK) pada November 2022 memang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09 persen secara bulanan (mtm), secara tahunan sebesar 5,42 persen (yoy).

Komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) memberikan andil paling besar terhadap inflasi November 2022, yakni 2,30 persen. Pada komponen ini, kenaikan harga BBM, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan dalam kota menjadi komoditas yang mengalami kenaikan harga paling tinggi.

Sementara komponen harga pangan bergejolak (volatile food) memberi andil 0,95 persen. Tekanan inflasi volatile food ini kembali mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya karena terjadi penurunan harga beberapa komoditas pangan.

error: Content is protected !!