jurnal-rakyat.com – Bencana alam yang belakangan ini terjadi di Indonesia memang harus diwaspadai. Peneliti Solar System Geometry Survey ( SSGEOS ) memprediksi di beberapa wilayah Indonesia akan dilanda gempa berkekuatan 7 hingga 8 magnitudo pada awal Maret 2023.
Dalam unggahannya di kanal YouTube SSGEOS mengatakan bahwa minggu pertama pada Maret akan menjadi sangat kritis. Hal itu sudah pihaknya teliti pada dua gempa kuat yang terjadi di Jepang dan Papua Nugini pada 25 Februari.
Akan tetapi, ia mengatakan pihaknya tidak ingin melebih-lebihkan dan juga menciptakan rasa takut bagi masyarakat. Tetapi pihaknya hanya ingin memberitahukan bahwa itu merupakan peringatan geometri planet kritis yang menyebabkan peristiwa seismik besar, dan seharusnya tidak diremehkan.
Menurutnya, tanda-tanda tersebut pihaknya tandai di wilayah pantai barat Amerika Utara dan parit Kermadec. Namun, fluktuasi tersebut agak kabur dan tidak terlalu meyakinkan. Tetapi, fluktuasi yang jauh lebih jelas yakni di Pasifik Barat.
“Fluktuasi yang jauh lebih jelas menandai Pasifik Barat, dari Barat Kamchatka, Kepulauan Kuril dan Jepang di Utara, di atas Filipina dan juga menandai Sulawesi, Halmahera, bahkan mungkin Laut Banda, Indonesia,” ucapnya.
Ia menjelaskan, jika masyarakat berada di wilayah rawan gempa harus mempunyai rencana gempa , tak peduli ramalan gempa yang diinformasikan, namun rencana gempa memang harus dipersiapkan.
“Jadi saat tanah mulai berguncang, Anda bisa keluar rumah atau bangunan dengan sangat cepat. Itu akan menyelamatkan hidup Anda,” ujarnya.
Prediksi dari peneliti SSGEOS Frank Hoogerbeets ini ramai di media sosial, sebab pihaknya pernah memprediksi gempa yang terjadi pada Turki di akun Twitter sebelum gempa Turki terjadi.
“Cepat atau lambat akan ada gempa M 7,5 di wilayah ini (Turki Selatan-Tengah, Yordania, Suriah, Lebanon),” ujarnya.
Akan tetapi, untuk mengetahui adanya ramalan seismik yang menyebutkan gempa besar di tiga wilayah Indonesia khususnya Sulawesi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) Wilayah IV Makassar menyanggah hal tersebut.
Koordinator Bidang Observasi BMKG Wilayah IV Makassar Jamroni mengatakan bahwa informasi yang beredar luas di media sosial masih perlu pengkajian mendalam termasuk metode yang digunakannya.
“Kami tidak terima dengan gempa prediksi seperti itu dan seandainya terjadi hari ini atau besok adalah bagaimana bisa kita selamat saat ada gempa ,” ucap Jamroni.
Ia mengatakan, tepatnya prediksi Frank Hoogerbeets saat gempa besar mengguncang Turki membuat banyak pihak dari seluruh dunia memperhatikan ramalan tersebut. Jamroni mengatakan, dasar dari Hoogerbeets menyampaikan prediksinya itu imbas dari Kamchatka, wilayah perbatasan Rusia dan Jepang di Utara.
Kemudian Filipina dan juga menandai Sulawesi, Halmahera, bahkan mungkin Laut Banda, Indonesia, yang menurutnya perjalanannya sangat panjang.
“Itu jarak yang panjang, jauh sekali dari Kamatcha hingga sampai ke Pulau Sulawesi di Indonesia. Panjangnya itu sekitar 7.000 kilometer dan kalau melalui perjalanan pesawat itu butuh waktu 18 jam. Bagi kami itu sangat jauh,” ujar Jamroni.***